Selasa, 15 Oktober 2013

Maka Nikmat Tuhan Yang Manakah Yang Kamu Dustakan?

Frinak-anak di bawah umursudah meminta-minta di jalanan.
"Dek, kelas berapa kamu?"
"Nggak sekolah".
"Kenapa gak sekolah?"
"Nggak punya duit."
"Memang orang tuanya kerja apa?"-
"Nggak kerja. Pengemis juga."


Deg. Hati rasanya gimana gitu. Sedih. Kasihan. Zaman gadget gini masih ada yang putus sekolah? Masih adakah yang tidak menempuh pendidikan ? Mau dikemanakah generasi muda kita?
Katanya sekolah gratis tapi masih ada yang tidak bersekolah gara-gara tidak mempunyai uang buat biaya pendidikan. Kalau biaya sekolah gratis, apa khusus buat anak-anak dari keluarga sangat miskin itu juga tidak gratis untuk membeli seragam dan buku-bukunya ? Gratis jangan hanya untuk biaya pendafatran dan uang pembangunan serta dana pendidikan, tapi juga melingkupi semua baik dari biaya buku dan seragam. Meski ada dana bantuan buat anak-anak tidak mampu yang disertai survey pihak sekolah atau surat keterangan dari RT RW setempat.


Dari secuil obrolan singkat itu datang seorang perempuan Nindy saat jalan-jalan dengan Avanza merahnya bersama Sarah sewaktu memarkir mobilnya di salah satu toko tas terbesar di Kota Malang, didatangi anak kecil perempuan yang meminta belas asih (=katakan "mengemis") pada mereka. Nindy iseng bertanya yang membuat hatinya begitu trenyuh. Dan ia pun akhirnya benar-benar measakan rasa syukur yang tiada tara pada Tuhan.begitu aku bersyukur dalam hati saat mendengar kata-kata "tidak punya uang buat sekolah". Rasanya mau menangis melihat nasib anak-anak jalanan yang kurang beruntung itu.
Tentunya bisa makan dalam satu hari saja sudah kenikmatan tiada tara bagi mereka. Duh, nelangsanya.... :(

Mungkin selama ini ia begitu menjadi manusia yang tidak memiliki rasa syukur sama sekali. Terlalu banyak mengeluh, terlalu banyak meminta dan menuntut, terlalu banyak yang tidak seharusnya ia lakukan pada Tuhan. Ternyata masih banyak juga yang serba kurang jauh darinya. "Istiqfar, Nin. Istiqfar," kata hatinya menyarankan untuk memohon ampunan.

Alhamdulillah, ia masih diberi hati terbuka melihat sisi dunia yang masih banyak orang di bawahnya. Masih diberi hidayah untuk tidak akan mengeluh lagi.


Lewat tengah malam, ia tahajud memohon ampunan. Tetesan air mata jatuh membasahi pipinya yang mulus. Saat ia buka Al Qur'an, Subhanallah... kalimatya sangat menyentuh dan kitab suci ini benar-benar tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar